Sebelum terjerat dalam kasus perusakan barang bukti terkait dengan kasus mafia judi bola, Jokdri, selaku PLT ketum PSSI, mengungkapkan ada uang judi bola online yang jumlahnya sangat fantastis. Uang taruhan berjumlah kurang lebih 5.7 juta USD (83 miliar rupiah) ini terkumpul hanya untuk satu laga saja di Liga Indonesia.
Mafia Judi Bola di Liga Indonesia
Tentu taruhan semacam ini bukan suatu fenomena baru bagi dunia sepak bola Indonesia. Hal ini sudah biasa terjadi; bahkan terjadi juga pada dunia sepak bola kelas dunia. Yang menjadi masalah adalah ketika mafia judi bola turut serta dalam sebuah pertandingan. Misal, dengan cara menyuap wasit, menyuap para pemain, menyuap pelatih dan manajer, dan menyuap perangkat pertandingan.
Suap-menyuap inilah yang sangat merugikan. Pasalnya, perbuatan kotor ini menjadikan sebuah pertandingan sepak bola menjadi tidak bersih berkat bantuan ‘tangan-tangan gaib’, kata Jokdri. Kenyataanya, dunia sepak bola kita benar-benar mendapat torehan ‘noda’ yang membuat para pecinta bola tanah air kecewa akibat ulah elit PSSI sendiri, tak terkecuali Jokdri.
Jokdri yang hanya mengecap beberapa hari jadi PLT ketum PSSI menjadi tersangka baru karena ia terbukti terlibat dalam kasus pengrusakan barang bukti. Ia adalah otak dalam kasus mafia bola ini. Ia dengan sengaja menginstruksikan 3 anak buahnya untuk merusak bendel dokumen yang berisi tentang data kaitanya dengan PSSI dan Persija.
Mafia judi bola tentu ada kaitan erat dengan berbagai laga sepak bola kita, mulai dari Liga 1 hingga laga-laga besar tingkat Asia Tenggara alias AFF. tentu ada ‘permainan’ para bandar atau agen judi bola online yang sebelumnya sudah berkoordinasi dengan sejumlah oknum lainnya.
Bukan menjadi rahasia lagi bahwa pada setiap laga atau pertandingan sepak bola Indonesia, selalu ada keterlibatan ‘tangan-tangan’ tak terlihat yang dengan ajaibnya turut menentukan skor. Siapa yang berani menyetor dana besar, klub-nya berpeluang lolos atau bahkan menjadi jawara.
PSSI Jalin Kerja Sama dengan FIFA, Interpol, dan Pemerintah RI untuk Investigasi Mafia Judi Bola
Kembali ke pernyataan-pernyataan Jokdri semasa ia masih menjabat sebagai PLT ketum PSSI. Masih dari narasumber seorang Jokdri, ia mengatakan bahwa saat ini, PSSI tengah bekerja sama dengan beberapa pihak. Hanya saja kerja sama ini baru sebatas upaya untuk mendeteksi jikalau ada indikasi-indikasi pengaturan skor.
Kerja sama ini, masih dari kata Jokdri, adalah kerja sama tahap kedua yang ia namai tahap investigasi. Pihaknya memerlukan partner, fasilitas, dan alat untuk melancarkan tahap investigasi ini, ujar Jokdri. PSSI memerlukan alat, fasilitas, dan partner agar hasil investigasi bersifat akurat.
Beliau juga menyebut telah bekerja sama dengan pihak interpol. PSSI juga tengah meminta bantuan kepada pemerintah untuk mengatasi berbagai jenis permainan kotor seperti pengaturan skor, perbuatan suap-menyuap, dll.
Sebelumnya, PSSI hanya bisa ‘menghukum’ oknum pada klub atau oknum perangkat pertandingan yang terbukti telah melakukan permainan kotor. Selanjutnya, Jokdri mengusulkan untuk kasus semacam ini tetap harus mendapatkan penanganan hukum sesuai dengan tata peraturan dan perundangan yang berlaku.
Opini Manajer Klub Madura United
Klub Madura United, Haruna S. menyampaikan opini lain terkait dengan mafia judi bola online dan sepak bola. Ia mengatakan sepak bola tanpa perjudian sama saja dengan mati. Artinya begini, jika mafia judi bola menghentikan perjudian, sama saja mereka mematikan sepak bola Indonesia. Mengapa? Karena sepak bola kita identik dengan aktivitas taruhan atau perjudian.
Harun juga berpendapat bahwa bisa saja perjudian bola di Indonesia dihentikan, asal ada sistem yang kuat untuk melawan perjudian yang sudah bercokol sangat lama di dunia sepak bola tanah air. Tak hanya itu, lembaga resmi pengurus sepak bola kita alias PSSI juga harus diisi oleh orang-orang yang mempunyai integritas dan tekad yang kuat untuk memajukan sepak bola kita.
Kesannya, dengan melalui opini ini, Harun sedang menyindir banyaknya elit PSSI yang terjerat kasus mafia bola dan pengaturan skor. Selain Jokdri, ada 2 nama Exco PSSI yang terbukti terlibat dan kini tengah menjalani hukum. Sebut saja Hidayat dan Johar Lin Eng.
Ada juga beberapa tersangka lainnya seperti Komdis PSSI Mbah Putih alias Dwi Irianto, mantan anggota komite wasit Priyanto, Anik Yuni A.S yang tak lain adalah anak dari Priyanto, direktur penugasan wasit dari PSSI Mansyur L., dan seorang wasit pertandingan bernama Nurul Safarid.
Kabar terbaru dari kasus ini menyebutkan ada beberapa nama baru setelah penyelidikan kembali dijalankan. Ada nama Vigit Waluyo, Muhammad Mardani Mogot (supir pribadi Jokdri), Abdul Gofur (OB kantor PSSI), dan Musmuliadi (OB kantor PT Persija).
Baca juga: Judi Bola Pengaruhi Prestasi Sepak Bola Tanah Air