Pecah Rekor! Profit Judi Bola Indonesia Capai 70 Miliar

Sekitar dua tahun lalu, kasus match fixing dan judi bola Indonesia sangat ramai, khususnya bagi kalangan pecinta sepak bola tanah air. Terang saja kasus ini begitu ramai karena rupanya ada beberapa elit PSSI yang ikut terlibat. 

Sebut saja satu nama saja yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Adalah Joko Driyono yang hanya mencicipi jabatan  sebagai PLT ketum PSSI hanya dalam hitungan hari saja. Pria dengan sapaan akrab Jokdri ini menjadi tersangka karena ia terbukti menjadi otak kasus pengrusakan barang bukti terkait dengan kasus mafia bola.

Jokdri:’Judi Bola Indonesia Tak Melulu Berdampak Negatif’

judi bola indonesia
sumber: republika.co.id

Pasca menjadi PLT ketum PSSI, Jokdri pernah menjadi narasumber sebuah seminar dengan tajuk ‘PSSI Harus Baik’. Saat menjadi pembicara, ia menyampaikan bahwa sebenarnya judi bola tidak membawa dampak yang buruk bagi dunia sepak bola tanah air. 

Sebaliknya, ada satu dampak positif dari adanya judi bola Indonesia. Dampak positifnya adalah kita dapat melakukan deteksi awal hanya dari pola taruhan pada judi bola. Beliau juga menambahkan bahwa pada masa kepemimpinan La Nyalla (Ketum PSSI 2015-2016), PSSI telah menjalin kerjasama dengan Sport Radar untuk membentuk sistem peringatan dini. Salah satu fungsi dari adanya sistem peringatan dini adalah dapat mengendus pengaturan skor hanya dari pola taruhan saja. 

Jokdri Beberkan Data Pertandingan Liga 1

Jokdri juga berani membeberkan data real tiap pertandingan Liga 1. Data tersebut memuat berapa jumlah uang taruhan yang beredar dan tersebar baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Setelah melalui proses kalkulasi, total uang yang beredar mencapai 5.5 juta USD atau setara dengan 70 miliar rupiah. 

judi bola terbaik
sumber: ghanasoccernet.com

Menurut Jokdri, semakin tinggi nominal uang pada bandar-bandar judi bola Indonesia, artinya sepak bola kita banyak peminatnya. Namun jika total nominal uang taruhan rendah atau menurun, potensi minat terhadap sepak bola kita juga akan berkurang. 

Artinya, semakin besar nominal uang taruhan sepak bola kita, jangan bukan berarti bahwa sepak bola kita kacau, kata Jokdri. Semakin tinggi taruhan, kepercayaan penikmat bola semakin baik. Kita tidak bisa mengatur jalannya sepak bola, kata Jokdri. Sebaliknya, jika jumlah nominal taruhan sedikit, artinya tidak ada taruhan untuk sepak bola kita. 

Kasus mafia bola sendiri pertama kali terungkap dari forum diskusi Mata Najwa. Najwa Shihab selaku host forum diskusi tersebut mengungkap bahwa ada praktik pengaturan skor/ match fixing yang melibatkan banyak pihak. Sebut saja dari pihak intern klub (manajer atau CEO klub), wasit committee, Asprov, hingga Exco PSSI.

Kasus Mafia Bola dan Match Fixing di Liga 1

Kasus ini rupanya menjadi ‘pintu gerbang’ bagi penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus mafia bola yang pastinya ada kaitan erat dengan judi bola Indonesia. Ada banyak bandar judi bola Indonesia, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang mendatangi oknum elit PSSI. Oknum-oknum ini nantinya langsung berkoordinasi dengan bawahan-bawahannya, seperti Asprov dan wasit committee

Dari sini tiap manajer klub lalu mendapat tawaran dengan iming-iming juara atau minimal lolos 32 besar klub untuk bertanding pada level nasional. Fakta mengejutkan terungkap bahwa rupanya ada banyak manajer klub yang tergiur dengan iming-iming ini. Namun tak mudah untuk mendapatkan posisi ‘aman’ bagi klub karena pihak manajer harus memberikan uang ratusan juta bahkan hingga miliaran rupiah untuk bisa menang. 

Manajer klub dari Banjarnegara, misalnya. Ia sudah beberapa kali menyetor uang kepada pihak yang katanya bisa mengatur agar klub miliknya menang. Manajer setuju untuk memyetorkan dana yang jumlahnya tak sedikit. Secara total, dana setoran bisa mencapai lebih dari 1 miliar. Sayangnya klubBanjarnegara tak menang. 

Pihak mafia membujuk sang manajer untuk menjadi tuan rumah agar klub-nya dapat menang. Akan tetapi, sang manajer harus menyetor dana lagi untuk menjadi tuan rumah. Nah, dari sini terungkaplah kasus mafia bola dan match fixing yang rupanya melibatkan nama-nama besar PSSI. 

Kasus mafia bola ini sebenarnya bukan kasus baru. Isu ini sudah lama terendus sejak lama. Hanya saja penanganannya tak memuaskan. Bahkan kesannya kasus mafia dan match fixing ini seperti ada pembiaran. Tentu alasannya adalah karena ada banyak pihak yang merasa mendapatkan ‘keuntungan’ dari adanya bisnis mafia bola ini. Salah satu pihak tersebut tentu saja adalah oknum-oknum nakal PSSI dan bawahan-bawahannya.

Baca juga: Judi Bola Pengaruhi Prestasi Sepak Bola Tanah Air